nah ini output dari simbol. rajinnya gue ngerjain ini sendiri karna dadakan. haha, dibantu banyak banget sama mentor sih hihihi
PROPOSAL
PENELITIAN
“PERAN
MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DISUNGAI TELAGA
WARNA,CIBULAO, JAWA BARAT”
KELOMPOK
PERAIRAN 1
ANGGOTA
1.
Farrah Meuthia
2.
Fennisa
3.
Heldy Gugun
4.
Novia Listiana
5.
Nur Aisyah
6.
Wury Maharani
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Perairan adalah suatu daerah yang dimana
terdapat air yang menggenang ataupun mengalir. Kualitas perairan mempengaruhi
keberlangsungan hidup organisme yang tinggal diperairan tersebut. Manusiapun
juga membutuhkan perairan. Tingkat kualitas perairan dapat diketahui melalui
makrozoobentos sebagai bio indikatornya.
Dari paparan di atas,
kami sebagai peneliti ingin mengetahui peran makrozoobentos sebagai
bioindikator kualitas perairan di sungai yang berada di kawasan Taman Wisata
Alam Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat.
I.II Perumusan Masalah
“Peran Makrozoobentos
Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Sungai Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat”
I.III Tujuan
Tujuan dari penelitian
kali ini adalah untuk mengetahui Peran Makrozoobentos Sebagai Bioindikator
Kualitas Perairan di Sungai Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat.
I.IV Manfaat
Manfaat dari
penelitian ini adalah :
1.
Untuk
peneliti :
a.
Dapat
mengetahui keanekaragaman makrozoobentos yang berada di kawasan Taman Wisata
Alam Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat.
b.
Dapat
mengetahui tingkat kualitas perairan di sungai Telaga warna, Jawa Barat.
c.
Dapat
memberikan informasi bagi masyarakat umum tentang keanekaragaman makrozoobentos
di perairan di Taman Wisata Alam Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat.
2.
Untuk
masyarakat umum
a.
Dapat
mengetahui informasi keanekaragaman makrozoobentos yang ada di Taman Wisata
Alam Telaga Warna, Cibulao, Jawa Barat.
b.
Untuk
mengetahui kualitas perairan dikawasan telaga warna,Cibulao, Jawa Barat
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Taman
Wisata Alam Telaga Warna
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu
badan air mengalir (Flowing Waters atau Lotik) dan badan air tergenang
(Standing Waters atau lentik). Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk
(Reservoir), rawa (Wetland), telaga dan sebagainya.
Salah satu tempat yang kami jadikan sebagai objek
penelitian adalah Telaga Warna. Telaga
warna merupakan danau alami yang dikelilingi oleh hutan
hujan pegunungan. Danau ini merupakan ekosistem danau kecil di dataran tinggi
yang mempunyai kedudukan unik, sehingga dijadikan daerah lindungan dengan
status ta-man wisata alam berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No.
481/Kpts/Um/6/1981. Kawasan ini terletak 27 km di sebelah tenggara Bogor, pada
ketinggian lebih kurang 1300 meter di atas permukaan laut.
B.
Kualitas Air
Kualitas air adalah merupakan suatu ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga
menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan
manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi
kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.
Berbagai
lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik
dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.
Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan
setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas
air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas
industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan
penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan.
C.
Makrozoobentos
Hewan
makrozoobentos invertebrata merupakan hewan yang tidak bertulang belakang yang
dapat dilihat oleh mata biasa dengan ukuran lebih besar dari 200µm – 500µm
(Slack et al., 1973; Weber, 1973; Wiederholm, 1980; Suess, 1982 dalam Rosenberg
dan Resh, 1993). Hewan ini hidup pada dasar kolam, danau, dan sungai untuk
seluruh atau sebagian tahapan hidupnya. Mereka dapat hidup pada batuan, ataupun
bergerak bebas pada ruang antar batuan, pada runtuhan bahan organik (Standard
Methods, 1989). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bentos adalah organisme
yang mendiami daerah dasar perairan.
Bentos merupakan organisme yang melekat di permukaan substrat dasar
sungai (Odum, 1993). Sedangkan makrozoobhentos adalah bentos yang dapat
terlihat dengan mata biasa. Biasanya menempati ruang kecil antara batuan di
dasar dalam runtuhan bahan organik, di atas batang kayu dan tanaman air atau di
dalam sedimen halus. Biasanya berukuran lebih besar dari 1 mm. Makrozoobentos
ini pada umumnya terdiri dari larva Insecta, Crustacea, Mollusca, Oligochaeta,
dan Arachnidae (Feminella dan Flynn, 1999). Hewan-hewan ini secara terus
menerus terkena substansi yang diangkut oleh aliran sungai sehingga memiliki
kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap perubahan kondisi lingkungan. Hal
ini menyebabkan makrozoobentos sesuai untuk dijadikan indikator ekologi dari
suatu perairanMakrozoobentos tersebut dapat dikuantifikasi dengan menentukan
kekayaan spesies (jumlah jenis hewan yang tercuplik dalam sampel), kelimpahan
(jumlah total individu dalam sampel), kelimpahan rata-rata (jumlah rata-rata
satu jenis hewan terhadap jenis yang lainnya), dan keanekaragaman spesies
(distribusi total individu setiap jenis pada sampel). Mudahnya kuantifikasi
makrozoobentos tersebut menunjukkan bahwa makrozoobentos memenuhi syarat
sebagai bioindikator selain terpenuhinya syarat-syarat yang lainnya (variasi
genetis yang sedikit, mobilitas terbatas, dan mudah pengindentifikasian
masing-masing jenis) (Rosenberg dan Resh, 1993).
Beberapa keuntungan penggunaan makrozoobentos adalah:
- hewan-hewan ini terdapat di mana-mana sehingga
dapat dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan pada berbagai tipe
perairan,
- jenis dari makrozoobentos sangat banyak sehingga
memungkinkan spektrum luas dalam pengamatan terhadap respons stres di
lingkungan,
- hewan-hewan ini pergerakannya cenderung sedikit
sehingga dapat dilakukan analisis spasial yang efektif terhadap efek dari
polutan,
- siklus hidup yang panjang memungkinkan
diuraikannya perubahan yang bersifat sementara akibat gangguan yang
terjadi.
Keuntungan-keuntungan ini menyebabkan makrozoobentos
bertindak sebagai pengawas secara terus-menerus terhadap kualitas air tempat
hidupnya (Rosenberg dan Resh, 1993).Namun disamping berbagai keuntungan yang
bisa didapatkan dari bioindikator makrozoobentos, terdapat pula kerugian dari
penggunaan makrozoobentos tersebut. Selain itu, makrozoobentos juga sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik air, seperti kecepatan arus air.
Kemudian pada tahap analisis masih banyak jenis-jenis makrozoobentos yang sulit
untuk diidentifikasi (Rosenberg dan Resh, 1993).Seperti yang telah disebutkan,
hewan makrozoobentos dapat digunakan menjadi indikator pencemaran dengan
beberapa kategori. Beberapa hewan makrozoobentos ada yang memiliki sifat hidup
intoleran terhadap pencemaran yang terjadi, contohnya: Ephemeroptera,
Plecoptera, Trichoptera. Beberapa jenis yang lain digolongkan fakultatif yaitu
dapat hidup pada lingkungan yang bersih sampai tercemar sedikit atau sedang, contohnya:
beberapa taxa dari Diptera, Odonata, Coleoptera, Pelecypoda. Sedangkan beberapa
jenis yang lain memiliki sifat hidup toleran terhadap berbagai pencemaran yang
terjadi pada habitatnya, contohnya: beberapa jenis Diptera, Hirudinae,
Oligochaeta.
Berdasarkan Wilhm (1975) dan Basmi (1999)
(Alma Sina, 2005), kepekaan jenis-jenis makrozoobentos di sungai terhadap
polusi bahan organik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
- kelompok intoleran, contohnya: Ephemeroptera,
Plecoptera, Trichoptera
- kelompok fakultatif, contohnya: Odonata, beberapa
Diptera (Tipulidae & Rhagionidae), Pelecypoda
- kelompok
toleran, contohnya: beberapa Diptera (Tanypodinae & Simuliidae),
Hirudinae, Gastropoda
Sejauh ini belum banyak informasi yang
mengungkap tentang ekosistem perairan Telaga Warna, terlebih tentang organisme penyusunnya. Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menjelaskan secara umum mengenai keanekaragaman makrozoobentos yang
terdapat pada perairan lotik dan perairan lentik pada Taman Wisata alam Telaga
Warna. Penelitian ini masih sebatas kajian awal, yang
memerlukan tindakan penelitian yang lebih jauh.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Waktu Penelitian
Hari/tgl : Sabtu, 15 April 2014
Waktu : Pukul 07.30 – 12.00 WIB
Tempat : Taman Wisata Alam Telaga Warna –
Kab. Bogor
3.2
Metodologi Penelitian
Metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif dengan desain survei,
dan pengambilan sampel dengan teknik plotting.
Pengukuran parameter fisik pada beberapa lokasi berdasarkan tempat plotting.
3.3
Alat dan Bahan
Alat
yang kami gunakan yaitu alat dokumentasi (kamera), alat tulis, wadah spesimen,
meteran gulung, termometer, buku identifikasi makrozoobentos, lup, seccidish,
kick net.
Bahan -
3.4
Cara Kerja
1.
Penangkapan Makrozoobentos dengan teknik plotting
Penangkapan makrozoobentos dengan teknik plotting
yaitu dengan cara meletakkan plot yang terbuat dari besi yang berukuran 50 cm x
50 cm pada badan sungai. Kemudian diukur parameter fisik yaitu suhu dengan
menggunakan thermometer, kemudian kedalaman air dengan meteran dan tingkat
kekeruhan air dengan seccidisk, lalu mengukur kecepatan air dengan menggunakan
meteran gulung dan bola serta stopwatch. Setelah mengukur parameter fisik
dipasang kick net dan mulai mengaduk aduk air , mengangkat bebatuan agar semua
makrozoobentos tertangkap di kick net. Setelah dinilai cukup maka kick net diangkat dan ditunggu airnya kering.
Kemudian makrozoobentos diambil dan dipindahkan kedalam wadah berupa piring
yang berwarna putih.
Setelah
dilakukan proses pengidentifikasian, kemudian dibuat plot baru yang berjarak 2
meter. Lalu dilakukan perlakuan yang sama dengan di plot sebelumnya.
2.
Pengidentifikasian Makrozoobentos
Pengidentifikasian
makrozoobentos pada penelitian ini masih sebatas mencocokkan morfology
makrozoobentos dengan gambar yang ada di field guide. Disebabkan makrozoobentos
berukuran kecil, maka dimudahkan dengan lup dan piring putih.
3.
suhu
air
Dengan cara memasukkan ujung
termometer pada permukaan air di titik pengamatan. Lalu membiarkannya beberapa
saat sampai air raksa/alkohol tidak bergerak lagi. Selanjutnya suhu dapat
dilihat pada skala.
4. Mengukur kedalaman air
Dengan cara memasukkan tongkat pada
bagian perairan yang akan diukur kedalamannya. Bagian yang basah diukur dengan
meteran. Kemudian kedalaman air dapat dilihat pada skala.
5.
Mengukur
kecerahan air
Piringan secchi yang konvensional
adalah piringan ynag di cat putih dan hitam secara bergantian pada permukaan
yang menghadap pada pengamat, permukaan di bawahnya dicat hitam dan
digantungkan pemberat dari pusatnya serta dipasang kait untuk diikatkan dengan
tali.
Cara kerjanya adalah menurunkan
piringan ke dalam air sampai piringan tepat hilang dari pandangan dan dinaikkan
perlahan-lahan sampai batas dimana secchidisk masih terlihat mata dan jika
Sditurunkan lagi tidak terlihat. Kemudian mencatat kedalamannya dengan cara,
panjang tali seccidish yang basah diukur dengan meteran.
6. Mengukur
Kecepatan arus air
Meletakkan
meteran sepanjang 100 cm meletakkan bola pada titik 0 lalu menghitung waktu
dengan menggunakan stopwatch sampai gabus berada pada titik 100 cm. Lalu
menghitung kecepatan dengan rumus V= S/t
3.5
Teknik Analisis Data
Dengan
cara melakukan pengidentifikasian dan memberikan nilai pada setiap spesies
seperti pada daftar di tabel sebagai berikut :
Setelah
menjumlahkan skor kemudian dilakukan perhitungan kualitas perairan:
Kualitas
perairan = total skor/banyak spesies
Kriteria
kualitas perairan:
0
= luar biasa kotor
1,0-2,9 = sangat kotor
3,0-4,9 = kotor
5,0-5,9 = sedang/rata-rata
6,0-7,9 = bersih
8,0-10 =sangat bersih