Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menentang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari lingkungan sekitar.Tabu adalah perilaku yang dilarang atau harus dihindari. Pemuda Indonesia tidak berani melakukan hal hal yang dianggap tabu, karena berbagai hal diantaranya karena larangan orang tua,hukum, agama yang dipercayainya serta rasa malu itu sendiri.
Sikap remaja terkontrol dan beradab karena adanya hal hal tabu yang bersifat positif. Bersikap kasar dan tidak sopan merupakan hal yang tabu, oleh karena itu masyarakat, remaja khususnya, menganut etika sopan santun yang sangat kuat.Tata karma sangat dijunjung tinggi oleh remaja Indonesia, sehingga rata-rata apabila orang asing datang berkunjung mereka akan terkejut akan perilaku remaja Indonesia yang cenderung sangat baik,memiliki sikap ramah tamah yang tinggi , berbeda dengan negerinya. Berikutnya, orang asing sangat tercengang-cengang keheranan melihat pergaulan remaja Indonesia yang cenderung kebanyakan berteman hanya dengan orang yang sejenis dengannya, perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki, karena apabila berteman dengan lawan jenis akan muncul fitnah. Gaya pacaran remaja Indonesia pun terkontrol dan beradab.
Namun hal tabu dan adab itu hanyalah kebiasaan orang dulu. Lalu kemanakah perginya kebiasaan itu?
Pada era globalisasi ini,kebanyakan para remaja Indonesia tak mampu menyaring mana budaya yang baik dan budaya yang buruk. Bahkan, justru mereka kadang mengambil hal hal yang buruk tanpa tau mana yang baik. Seperti contoh, seorang idola artis barat yang sangat di kaguminya karena suaranya bagus dan parasnya yang tampan, lalu ia mengetahui bahwa sang idola itu seorang pecandu narkoba, ia lalu mengikuti menjadi pencandu juga karena ia ingin menjadi figur layaknya sang idola. Seiring berjalannya waktu hal hal tabu semakin berkurang dan sekarang bahkan hal hal tabu itu nyaris hilang dan tandas di makan zaman. Tabu bahkan dianggap kolot dan norak. Sebagian mereka tau dan melihat diujung mata tapi mereka melewatinya dan berjalan begitu saja.
Remaja zaman sekarang apabila bercermin tentang adabnya makanya cermin itu akan retak. Tak bisa digambarkan bagaimana jauhnya mereka dari perilaku baik. Hal tabu tak lagi tabu. Hal tabu jika mereka lakukan ,bahkan akan mereka anggap keren. Apabila orang tuanya menasehatinya kalau perilaku mereka itu tabu, mereka akan menjawab,”Ah bu, tabu itu hanya untuk orang dulu, sekarang bebas melakukan apasaja”. Cermin cermin retak itu menggambarkan bagaimana mereka sudah terlalu jauh tersesat dan melupakan aturan, merokok dijalanan dan berpikir kalau itu macho. Bahkan perempuan pun merokok dan berdandan tomboy, mereka pikir itu berbeda dan pasti akan menarik. Bahkan mabuk mabuk mabukan di seven eleven ataupun tempat lain, pergi ke club malam dan melakukan hal hal bodoh lalu mereka menceritakan kegiatan mereka itu kepada temannya esoknya, maka temannya berpikir dan berkata kalau itu keren. Bahkan seks bebas mereka anggap hal lumrah dan tak lagi tabu.mereka tak lagi punya malu.
Saya sangat takut dengan keadaan ini, apalagi ketika ada temannya yang berperilaku baik mereka anggap cupu dan tidak asyik. Ketika temannya rajin belajar, mereka ejek,”kerajinan banget lo”. Ketika temannya membantu guru, mereka teriaki ,”wooy, caper lo”. Dan ketika pulang sekolah temannya langsung pulang merekapun berkata,”anak rumahan banget sih, sini nongkrong sama gue”. Bertutur kata pun sudah tak ada tabu lagi, tak mampu saya untuk mengetik apa saja kata katanya. Mereka anggap itu hal biasa. Saya sangat heran bagaimana orang tuanya mengajarnya, atau media informasi telah menghipnotisnya. Saya juga belum berprilaku benar, mungkin saya termasuk sedikit dalam itu.
Sebaiknya, orangtua lebih menjaga dan mengawasi anaknya dalam bergaul dan beradab. Saya juga heran dengan pemerintah yang hanya selalu membahas hal korups dan politik, bukankah remaja remaja seperti kami juga membutuhkan perhatian. Bisa dilihat bagaimana tayangan tv, kekerasan, atau pun tidak senonoh lewat begitu saja dalam badan sensor indonesia. Di internet bahkan Indonesia disebut negara yang banyak melakukan pencarian situs tidak senonoh. Bisakah kalian pemerintah untuk memblokir situs itu. Dan tak pernah ada penyuluhan tentang perilaku remaja, yang ada hanyalah penyuluhan tentang politik seperti kemarin foke-nara.
Sekolah pun tak banyak mengambil alih tentang perilaku siswa. Yang ada hanyalah hal hal tabu yang dipaksakan, sekolah membuat peraturan hanya agar sekolahnya dianggap disiplin, muridpun melakukannya hanya karena takut akan poin. Tak ada peraturan yang menyentuh hatinya.
Saya berpikir bagaimana jika bibit seperti kami akan tumbuh tanpa bekal yang baik untuk masa matangnya? Apakah kami akan menghasilkan keturunan yang lebih cacat lagi? Apakah tak bisa hal tabu tetap menjadi tabu?
Semua di kembalikan ke diri kita, karena semuanya memegang perannya masing-masing.
gatau kenapa tiap belajar , maunya gue cuma gambar gambar, tapi gambar gue juga gabagu bagus amat. ckckck gue bosan sama pelajaran.. mumet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar